Sekian banyak seniman dan budayawan dari berbagai
daerah dan mancanegara berkumpul di panggung terbuka aksobya kaki Candi
Borobudur – Magelang dalam acara "Srawung Seni Segara Gunung".
Pagelaran "Srawung Seni Segara Gunung" yang berlangsung 22-29 April
2012 itu merupakan pertama kalinya dan diikuti berbagai perwakilan seniman,
pelajar, budayawan, dan pemerhati seni berasal dari sejumlah daerah di
Indonesia dan luar negeri.
Kegiatan ini pada masa mendatang diharapkan menjadi
suatu gerakan kebudayaan untuk mendorong jati diri kemandirian masyarakat, kata
penggagas kegiatan seni budaya tersebut, Suprapto Suryodarmo.
"Kegiatan ini diharapkan menjadi gerakan kebudayaan untuk menumbuhkan
kemandirian masyarakat dan memantapkan jati diri bangsa," katanya di sela
penutupan "Srawung Seni Segara Gunung 2012" di Candi Borobudur,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu malam.
Berbagai kegiatan yang dilakukan antara lain pentas
kesenian tradisional, modern, kontemporer, dan kolaborasi seni, seminar,
sarasehan, loka karya seni, serta diskusi tentang kebudayaan.
Para penonton dari berbagai negara yang
hadir sangat menikmati pertunjukan kesenian tersebut. Seperti seni tari yang
dipentaskan oleh Darlane Litay dan Komunitas Papua Irian Jaya. Seniman dari
Papua ini mampu mengadaptasikan seni tari tradisional dengan kesenian
tradisional lainnya yang berasal asli dari Papua. Selain dari Papua, pementasan
srawung seni ini juga diikuti dari Jambi, Sumatra Selatan,
Kalimantan, Sulawesi Selatan, Bali dan seluruh propinsi di Jawa. Para seniman
ini mewakili setiap komunitasnya ikut andil dalam pementasan kali ini. Seperti
kesenian dari anggota Lembaga Pendidikan Seni Nusantara Dewa Ruci, Misbah Daeng
Bilok menampilkan musik improvisasi dengan tari. Ada juga kolaborasi
seni tari dan musik dari Sulawesi Selatan hingga komunitas seni tradisional
Kutai Barat. Kegiatan pementasan ini sebagai apresiasi untuk kesenian dari
berbagai lapisan masyarakat dan dari berbagai wilayah di Indonesia. Kegiatan
ini juga untuk mengkampanyekan kembali bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan kesenian dan
kebudayaan serta kaya akan situs-situs purbakala peninggalan sejarah nenek
moyang.
Agenda
kebudayaan tersebut, kata Suprapto, yang juga pemimpin Padepokan Lemah Putih
Kabupaten Karanganyar, Jateng itu, pada masa mendatang terus menjadi motivasi
untuk memberdayakan kecerdasan masyarakat dan menggali berbagai kearifan lokal
di berbagai daerah.
Menurut rencana, lanjutnya, agenda tersebut selanjutnya berlangsung di Kab. Sigi Provinsi
Sulawesi Tengah.
"Kita selalu diajarkan seolah-olah mempunyai kekayaan materi, tetapi lupa
bahwa itu tidak berguna kalau kita tidak bisa mengolahnya, menciptakan menjadi
bernilai yang baru," katanya.
Sebenarnya, masyarakat memiliki potensi kreatif yang tinggi. Namun, membutuhkan
wadah, kesempatan tampil di komunitasnya, dan juga berkolaborasi dengan
komunitas lainnya.
Ia mencontohkan, penampilan puluhan anak sekitar Candi Borobudur bersama Duta
Lingkungan Hidup yang juga penyanyi Oppie Andaresta pada penutupan acara di
panggung terbuka "Aksobya" kaki Candi Borobudur.
"Bagi anak-anak itu tentu tampil di panggung Candi Borobudur menjadi
pengalaman berharga dan mendidik mereka, disini bukan hanya orang tua saja,
tetapi mereka juga bisa tampil, untuk
bisa merasa memiliki Candi Borobudur," katanya.
Pada kesempatan itu, Oppie bersama anak-anak sekitar Candi Borobudur
menyanyikan sejumlah lagu karyanya tentang lingkungan hidup antara lain
berjudul "Tanam" dan "Hijau".
Suprapto menyebut bulan April sebagai momentum tepat menggelar "Srawung
Seni Segara Gunung" karena bertepatan dengan sejumlah peringatan penting
seperti Hari Pusaka Dunia, Hari Kartini, Hari Sastra, dan Hari Tari Dunia.
Pada malam penutupan ini pula ditampilkan Tari Kalang oleh Perguruan TRIJAYA
Padepokan Argasonya – Pusat Tegal. Tari Kalang merupakan gerak seni tari beladiri yang
memadukan gerak pencak silat nusantara dan tenaga batin sehingga menghasilkan
tarian yang indah sekaligus mengandung kekuatan.
Penutupan "Srawung Seni Segara Gunung 2012"
di Candi Borobudur yang ditandai dengan sejumlah pementasan kesenian dan
kolaborasi seni kemudian ditutup secara resmi oleh Wakil Bupati Magelang Zaenal
Arifin.